Selasa, 11 Desember 2012

Bahaya Boraks terhadap testosteron

Artikel yang saya buat kali ini merupakan salah satu tugas presentasi jurnal dari dosen Kimia saya. Saya menemukan sebuah jurnal yang sangat menarik untuk dipahami dimana jurnal tersebut membahas mengenai boraks yang belakangan ini kembali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. boraks atau natrium borat dekahidrat adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau serta stabil pada suhu dan tekanan normal. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,boraks masih terdapat dalam beberapa makanan tradisional seperti empekempek,pisang molen, pangsit, mie ayam,batagor dan dapat dijumpai di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya,Yogyakarta (Novrianto, 1991). Uji teratologik boraks pada tikus galur Wistar terbukti bahwa pada dosis 600 mg/kg berat badan menyebabkan cacat fetus (Pangastiningsih, 1994). Boraks juga dapat menyebabkan atrasia folikel ovarium dan pada dosis tinggimenyebabkan gagal hamil (Dieter, 2004) karena embrio yang sampai ke uterus belum siap melakukan implantasi,sebagai akibat terhambatnya proses segmentasi dan perkembangan awal embrio (Munir et al, 1999). Pada hewan jantan, boraks juga menyebabkan lesi pada testis ditandai dengan penghambatan spermiosis yang diikuti oleh atropi pada dosis tinggi (Chapin dan Ku, 2004; Ku et al, 2003), menurunkan aktivitas spermatogenesis (Kaspul, 2002), dan menurunkan kualitas spermatozoa (Kaspul, 2004) berangkat dari kenyataan tersebut, Kaspul telah meneliti pengaruh boraks terhadap kadar terstosteron pada tikus putih ( Rattus norvegicus L. ) dimana telah di tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok dengan perlakuan yang berbeda, yaitu : 1. tanpa perlakuan, 2. placebo boraks berupa 1ml larutan CMC 1% 3. boraks sebanyak 200 mg/kg berat badan dalam 1 ml CMC 1% 4. boraks sebanyak 400 mg/kg berat badan dalam 1 ml CMC 1% 5. boraks sebanyak 600 mg/kg berat badan dalam 1 ml CMC 1% Perlakuan dilakukan secara oral dan perlakuan dengan 10 ulangan pada setiap kelompok. Pada hari ke 30, kadar testosteron serum dari masing- masing kelompok tikus putih diukur dengan metode radioimmuno assay (RIA). Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi penggunaan boraks maka seluruh aktivitas sel akan terganggu termasuk mengganggu produksi testesteron oleh sel Leydig tersebut (Bardin, 1989; Cook, 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar