Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan listrik (elektron)
dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, bergantung apakah
jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebihbanyak dari
atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan
elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah
elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom
mendapatkan elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki
jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia
menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia adalah gaya
elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang dibentuk
disebut dengan ikatan ionik.
Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu.
Teori ini kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori
ini menjelaskan, untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam
kulit valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok kubus sementara
untuk atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron.
Dengan menggabungkan teori valensi dengan teori ikatan ion dan kovalen,
hampir semua ikatan kimia yang diketahui di awal abad 20 dapat dipahami.
Namun, menjelasng akhir abad 19, beberapa senyawa yang telah dilaporkan
tidak dapat dijelaskan dengan teori Kekulé dan Couper. Bila teori
Kekulé dan Couper digunakan untuk mengintepretasikan struktur garam
luteo, senyawa yang mengandung kation logam dan aminua dengan rumus
rasional Co(NH3)6Cl3, maka struktur
singular harus diberikan.Menurut Werner, atom kobalt dalam garam luteo
berkombinasi dengan tiga anion khlorida dengan valensi utamanya
(trivalen) dan enam amonia dengan valensi tambahannya (heksavalen)
membentuk suatu oktahedron dengan atom kobaltnya di pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar